Arijuddin Saputra
Share Berbagi Pengetahuan
AJS
Kamis, 27 Juni 2013
Jumat, 07 Juni 2013
LISOTRIGONA - SPESIES LEBAH PENGHISAP AIR MATA MANUSIA
Jika Anda bukan penggemar lebah - kemudian tutup mata Anda sekarang.Bagi
para ilmuwan telah menemukan spesies lebah yang mencintai tidak lebih
dari mengisap nektar manis jus yang menutupi bola mata Anda.Dan
lebah datang mendarat sehingga lembut di bawah kelopak mata Anda, bahwa
beberapa orang bahkan tidak merasakan serangga, atau merasa sensasi
apapun sebagai lebah mulai mengisap pada air mata mereka.Bahkan menutup mata Anda tidak selalu membantu, menurut laporan dari Kansas Entomological Society.Bereksperimen
dengan lebah, mereka melaporkan: "Setelah mendarat dan sementara
mengisap air mata, manusia seringkali hampir tidak bisa merasakan
kehadiran lebah - memang, memeriksa dengan cermin kemudian diperlukan
untuk memastikan apakah itu masih ada atau meninggalkan."Dalam
kasus yang sangat sedikit pendekatan itu begitu lembut bahwa manusia tidak menyadari bahwa ia memiliki lebah yg melekat pada tutup nya,
penghisapan air matanya."Namun, ketika beberapa lebah terlibat, pengalaman itu agak tidak menyenangkan, yang menyebabkan aliran air mata yang kuat.'Setelah lebah telah menetap dan lebih mendekati, ini cenderung untuk menetap dekat satu sama lain berturut-turut. Menutup mata tidak selalu mengusir lebah tetapi beberapa terus menghisap di celah itu. '
Selengkapnya ...
New York dihadapkan dengan kawanan lebah yang makan dari SWEAT manusia (tapi jangan khawatir, mereka tidak menyengat)
perangkap madu : Bagaimana matinya lebah Inggris bisa kami lakukan dengan biaya £ 1.8billion setahun Untungnya spesies lebah - lisotrigona - tidak mungkin ditemukan di bawah taman. Hal ini hanya berasal dari Thailand, dan belum ditemukan di Eropa atau Amerika.Diperkirakan lebah tertarik untuk jumlah kecil dari protein yang ditemukan dalam air mata kita. Mereka juga mungkin tertarik dengan kandungan garam seperti mereka New York sepupu yang, seperti yang dilaporkan minggu lalu, ingin menjilat keringat dari orang-orang di jalan.Itu lebih baik: lebah menangani sumber yang lebih makanan tradisional. Para peneliti mencoba untuk memikat lebah jauh dari bola mata dengan makanan lain, seperti daging, keju dan bahkan Ovaltine, tetapi lebah hanya punya mata untuk satu hal - air mata menangis dari manusia. Untungnya, bahwa mekanisme pertahanan tua yang baik - berkedip - tidak terus melindungi kita. Para peneliti melaporkan: 'Pada saat mendarat, otomatis berkedip dengan mata sering dicegah lebah dari mendapatkan suatu pegangan yang kuat, menyebabkan ia jatuh dari bulu mata.'Jika demikian, lebah terus-menerus mencoba lagi dan lagi sampai itu sukses, atau akhirnya menyerah dan terbang off.'
Selengkapnya ...
New York dihadapkan dengan kawanan lebah yang makan dari SWEAT manusia (tapi jangan khawatir, mereka tidak menyengat)
perangkap madu : Bagaimana matinya lebah Inggris bisa kami lakukan dengan biaya £ 1.8billion setahun Untungnya spesies lebah - lisotrigona - tidak mungkin ditemukan di bawah taman. Hal ini hanya berasal dari Thailand, dan belum ditemukan di Eropa atau Amerika.Diperkirakan lebah tertarik untuk jumlah kecil dari protein yang ditemukan dalam air mata kita. Mereka juga mungkin tertarik dengan kandungan garam seperti mereka New York sepupu yang, seperti yang dilaporkan minggu lalu, ingin menjilat keringat dari orang-orang di jalan.Itu lebih baik: lebah menangani sumber yang lebih makanan tradisional. Para peneliti mencoba untuk memikat lebah jauh dari bola mata dengan makanan lain, seperti daging, keju dan bahkan Ovaltine, tetapi lebah hanya punya mata untuk satu hal - air mata menangis dari manusia. Untungnya, bahwa mekanisme pertahanan tua yang baik - berkedip - tidak terus melindungi kita. Para peneliti melaporkan: 'Pada saat mendarat, otomatis berkedip dengan mata sering dicegah lebah dari mendapatkan suatu pegangan yang kuat, menyebabkan ia jatuh dari bulu mata.'Jika demikian, lebah terus-menerus mencoba lagi dan lagi sampai itu sukses, atau akhirnya menyerah dan terbang off.'
Minggu, 21 April 2013
Jangan Lupakan Pendidikan di Pedalaman
JAKARTA -Pendidikan anak bangsa tidak terjadi di ruang hampa, melainkan berada
dalam realita perubahan sosial yang sangat dahsyat. Sekolah merupakan
salah satu subsistim dari keseluruhan sistim pendidikan yang terdiri
dari sentra keluarga, masyarakat, media, dan sekolah.Di
saat bangsa Indonesia sedang bertransformasi menuju kesejajaran dengan
bangsa-bangsa lain dalam upaya pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium,
hal itu tidaklah cukup dengan hanya menilai dari keberhasilan dan
kemajuan prestasi anak-anak Indonesia yang terpilih di ajang-ajang
internasional, sebutlah di Olimpiade Matematika atau Fisika misalnya.
Bahkan, prestasi segelintir anak berprestasi tersebut bisa memberikan pesan "menyesatkan" dan pembenaran atas berbagai fenomena pengabaian sebagian besar anak yang tertinggal.
Tantangan Khusus
Anak-anak yang hidup di daerah pedalaman Sumatera, Kalimantan, Papua dan pulau-pulau lain adalah bagian nyata dari masyarakat bangsa yang tidak cukup dicatat dalam angka partisipasi kasar dan murni maupun kelulusan dalam Ujian Nasional (UN).
Mendidik anak-anak di daerah-daerah terpencil merupakan tantangan khusus. Sebenarnya, jika tidak direkayasa, angka kegagalan yang ada terbilang sangat tinggi yang diakibatkan oleh berbagai sebab.
Sejatinya, guru-guru yang ditugaskan untuk mendidik anak-anak itu harus melandaskan segala pekerjaan dan pengabdiannya pada hati yang melayani. Tidak cukup bagi guru untuk berbekal ijazah dan sertifikasi, dan buku paket. Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang peka dan peduli terhadap konteks budaya dan geografi di mana anak-anak ini tumbuh.
Strategi pembelajaran yang efektif bagi anak-anak itu juga harus memperhatikan beberapa aspek. Pertama-tama, guru perlu menghargai anak-anak tersebut dan tidak terpengaruh oleh tampilan fisik dan indikator-indikator yang diwarnai oleh bias perkotaan seperti mata pencaharian orang tua, tingkat pendapatan, kemiskinan, penguasaan bahasa Indonesia, logat berbahasa, dan cara berpakaian.
Lupakan dulu semua itu. Bias semacam itu akan sangat berbahaya karena sudah membentuk paradigma di kalangan para guru, bahwa anak-anak ini tidak akan berhasil.
Bahasa Daerah
Kunci utama keberhasilan suatu proses pendidikan adalah keyakinan guru. Satu keyakinan, bahwa segala yang dilakukannya akan membawa perubahan dan anak didiknya akan menjadi lebih baik melalui proses di sekolah.
Kedua, guru yang ditempatkan untuk mendidik anak-anak dari suku-suku yang terpencil harus menghargai adat dan budaya setempat. Hal itu agar anak tidak merasa dilecehkan dan ditolak dalam sistem pendidikan formal.
Jika perlu, guru harus mendapatkan orientasi budaya sebelum penempatan berupa pemahaman terhadap nilai-nilai dan norma-norma budaya setempat termasuk penguasaan bahasa daerah untuk keperluan sehari-hari. Seringkali, anak-anak di daerah pedalaman dianggap bodoh dan malas, padahal, itu terjadi karena guru kurang memahami dan tidak bisa berkomunikasi dengan anak-anak tersebut.
Memang, bahasa Indonesia digunakan secara resmi sebagai bahasa pengantar dan persatuan. Namun, tidak ada salahnya guru sedikit memahami bahasa daerah sebagai jembatan untuk meraih hati anak-anak dan orang tua serta membantu menguraikan pemaknaan dalam proses pembelajaran.
Tidak perlu ada kecemasan terhadap pelunturan penggunaan bahasa Indonesia akibat pengaruh bahasa daerah. Justru pada saat ini, dengan invasi modernisasi melalui televisi dan internet sampai ke pelosok daerah, keprihatinan yang seharusnya muncul adalah pelunturan dan kehilangan penggunaan bahasa daerah.
Penghargaan terhadap adat dan budaya lokal bukan berarti penerimaan terhadap semua praktik budaya yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai hak asasi manusia dan demokrasi. Kadangkala, ada praktik dan nilai budaya lokal, -misalnya, anak perempuan dinikahkan di bawah usia,- yang tidak sesuai dengan nilai-nilai universal kemanusiaan. Dalam hal ini, guru perlu bersikap bijak sebagai aktor transformasi dalam masyarakat.
Guru perlu belajar untuk mengembangkan sikap-sikap yang bukan saja tidak konfrontatif agar tidak menimbulkan resistensi dalam masyarakat, tetapi juga bisa membuka wawasan agar ada transformasi nilai-nilai menuju kehidupan yang lebih baik.
Akhirnya, dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran, guru perlu mengupayakan agar anak bisa melihat keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan mereka sehari-hari. Guru perlu mengembangkan repertoar metode pembelajaran termasuk kegiatan, permainan, dan lagu-lagu, serta media pembelajaran yang relevan dengan kondisi setempat.
Ya, anak-anak di daerah pesisir akan lebih termotivasi dan disapa ketika guru mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan di laut dan ke-nelayan-an anak-anak itu. Demikian pula, berbagai kegiatan bercocok tanam akan menjadi jembatan bagi anak-anak petani untuk memaknai materi dalam kurikulum. (Anita Lie)
Sumber: edukasi.kompas.com
Bahkan, prestasi segelintir anak berprestasi tersebut bisa memberikan pesan "menyesatkan" dan pembenaran atas berbagai fenomena pengabaian sebagian besar anak yang tertinggal.
Tantangan Khusus
Anak-anak yang hidup di daerah pedalaman Sumatera, Kalimantan, Papua dan pulau-pulau lain adalah bagian nyata dari masyarakat bangsa yang tidak cukup dicatat dalam angka partisipasi kasar dan murni maupun kelulusan dalam Ujian Nasional (UN).
Mendidik anak-anak di daerah-daerah terpencil merupakan tantangan khusus. Sebenarnya, jika tidak direkayasa, angka kegagalan yang ada terbilang sangat tinggi yang diakibatkan oleh berbagai sebab.
Sejatinya, guru-guru yang ditugaskan untuk mendidik anak-anak itu harus melandaskan segala pekerjaan dan pengabdiannya pada hati yang melayani. Tidak cukup bagi guru untuk berbekal ijazah dan sertifikasi, dan buku paket. Guru perlu mengembangkan strategi pembelajaran yang peka dan peduli terhadap konteks budaya dan geografi di mana anak-anak ini tumbuh.
Strategi pembelajaran yang efektif bagi anak-anak itu juga harus memperhatikan beberapa aspek. Pertama-tama, guru perlu menghargai anak-anak tersebut dan tidak terpengaruh oleh tampilan fisik dan indikator-indikator yang diwarnai oleh bias perkotaan seperti mata pencaharian orang tua, tingkat pendapatan, kemiskinan, penguasaan bahasa Indonesia, logat berbahasa, dan cara berpakaian.
Lupakan dulu semua itu. Bias semacam itu akan sangat berbahaya karena sudah membentuk paradigma di kalangan para guru, bahwa anak-anak ini tidak akan berhasil.
Bahasa Daerah
Kunci utama keberhasilan suatu proses pendidikan adalah keyakinan guru. Satu keyakinan, bahwa segala yang dilakukannya akan membawa perubahan dan anak didiknya akan menjadi lebih baik melalui proses di sekolah.
Kedua, guru yang ditempatkan untuk mendidik anak-anak dari suku-suku yang terpencil harus menghargai adat dan budaya setempat. Hal itu agar anak tidak merasa dilecehkan dan ditolak dalam sistem pendidikan formal.
Jika perlu, guru harus mendapatkan orientasi budaya sebelum penempatan berupa pemahaman terhadap nilai-nilai dan norma-norma budaya setempat termasuk penguasaan bahasa daerah untuk keperluan sehari-hari. Seringkali, anak-anak di daerah pedalaman dianggap bodoh dan malas, padahal, itu terjadi karena guru kurang memahami dan tidak bisa berkomunikasi dengan anak-anak tersebut.
Memang, bahasa Indonesia digunakan secara resmi sebagai bahasa pengantar dan persatuan. Namun, tidak ada salahnya guru sedikit memahami bahasa daerah sebagai jembatan untuk meraih hati anak-anak dan orang tua serta membantu menguraikan pemaknaan dalam proses pembelajaran.
Tidak perlu ada kecemasan terhadap pelunturan penggunaan bahasa Indonesia akibat pengaruh bahasa daerah. Justru pada saat ini, dengan invasi modernisasi melalui televisi dan internet sampai ke pelosok daerah, keprihatinan yang seharusnya muncul adalah pelunturan dan kehilangan penggunaan bahasa daerah.
Penghargaan terhadap adat dan budaya lokal bukan berarti penerimaan terhadap semua praktik budaya yang mungkin bertentangan dengan nilai-nilai hak asasi manusia dan demokrasi. Kadangkala, ada praktik dan nilai budaya lokal, -misalnya, anak perempuan dinikahkan di bawah usia,- yang tidak sesuai dengan nilai-nilai universal kemanusiaan. Dalam hal ini, guru perlu bersikap bijak sebagai aktor transformasi dalam masyarakat.
Guru perlu belajar untuk mengembangkan sikap-sikap yang bukan saja tidak konfrontatif agar tidak menimbulkan resistensi dalam masyarakat, tetapi juga bisa membuka wawasan agar ada transformasi nilai-nilai menuju kehidupan yang lebih baik.
Akhirnya, dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran, guru perlu mengupayakan agar anak bisa melihat keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan mereka sehari-hari. Guru perlu mengembangkan repertoar metode pembelajaran termasuk kegiatan, permainan, dan lagu-lagu, serta media pembelajaran yang relevan dengan kondisi setempat.
Ya, anak-anak di daerah pesisir akan lebih termotivasi dan disapa ketika guru mengaitkan materi pembelajaran dengan kehidupan di laut dan ke-nelayan-an anak-anak itu. Demikian pula, berbagai kegiatan bercocok tanam akan menjadi jembatan bagi anak-anak petani untuk memaknai materi dalam kurikulum. (Anita Lie)
Sumber: edukasi.kompas.com
Nasib Anak Bangsa di Pedalaman Indonesia – KRITISI PENDIDIKAN
Jauh ku pandang semak ilalang di batas daratan ...
sedang menari bebas dengan alunan angin semilir ...
Lemah gemulai di atas tanah gersang ...
Angin lembut membuaiku seakan ingin menidurkan kelopak mataku dari ganasnya penderitaan ...
Tapi, semakin ku coba pejamkan mata, semakin nyata bayangan kenyataan pedih itu melintas di pikiranku ...
yaaa ... kenyataan pedih melihat anak bangsa yang tersisih di negara kaya ini ...
Ku buka mataku, dan mulai berjalan menjauh dari pohon yang setia menjadi sandaran ...
Jauh kulihat fatamorgana yang mirip dengan kondisi negeriku saat ini ...
Dari jauh nampak penuh kenikmatan...
tapi setelah di dekati hanyalah kehampaan...
Tengoklah di kota Jakarta- pusat roda pemerintah....
Tempat berkumpulnya kaum yang katanya intelektual bangsa...
yang kini sedang bersatu padu di gedung kedaulatan...
dengan pakaian kewibawaan yang sarat akan kemewahan...
dengan kursi kehormatan yang sarat akan pujian...
Mereka dirikan banyak lembaga...
DPR yang katanya dewan perwakilan rakyat...
menampung segala aspirasi rakyat...
membuat undang- undang pemerintah...
dan sebagai tempat mengadu- keluh kesah rakyat...
MPR yang katanya Majelis Permusyawaratan Rakyat...
Yang mengangkat pemimpin negeri ini...
Para menteri yang katanya membantu tugas pemimpin rakyat...
berasal dari orang- orang pilihan presiden...
intelektual, cerdas, bermoral, dan berpendidikan tinggi- luar negeri...
dan presiden yang katanya pemimpin rakyat yang merakyat dan sangat peduli kepada rakyat...
yang setiap bulannya selalu mengadakan rapat untuk kesejahteraan rakyat...
sudah sejalankah dengan kenyataan??
jika kita buka kembali UUD 1945 RI..
Maka akan kita dapatkan..
Pasal 31 Ayat (1) UUD 1945 : Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan...
Pasal 31 Ayat (2) UUD 1945 : Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya..
Lebih jauh dari itu...
Alokasi dana lebih dari 20% dari APBN dan usia Indonesia yang lebih dari 67 tahun...
Sudah semestinya pendidikan bisa terpenuhi...
Tapi nyatanya??
Menuntut ilmu masih menjadi barang mahal bagi masyarakat menengah ke bawah...
Bahkan untuk di kawasan regional ASEAN....
Indonesia masih kalah jika dibandingkan negara Malaysia ataupun Filipina ...
dari segi taraf pendidikan, kesehatan, dan kualitas manusianya...
Lihat saja...
Pedidikan didaerah terpencil dengan gedung-gedung sekolahannya dibiarkan porak-poranda...
dan bandingkanlah dengan sekolah-sekolah yang ada di kota..
dimana sekolah-sekolah tersebut rata-rata bertingkat dan ber-AC..
Lalu siapa yang harus disalahkan, pemimpin atau APBN atau sistem yang menjalankan?
kabar menggembirakan datang... digiatkan program Indonesia Mengajar
kabar terbaru embel embel RSBI dihapuskan...
lalu apa selanjutnya yang dilakukan? Apa memberi efek di daerah pedalaman?
Tapi meskipun segala pelik melanda bangsa ini...
Aku selalu bangga dan cinta indonesia..
Secercah tulisan ini hanyalah luapan hatiku semata...
Saat rasa iba muncul melihat pendidikan tidak tersebar secara merata...
By : Cici Suci Maulina
Sleman - Yogyakarta
Selasa, 16 April 2013
KRISTAL AIR ZAM - ZAM dan Dr.MASARO IMOTO
Seorang ilmuwan Jepang terkenal berkata, “Air Zamzam memiliki beberapa keistimewaan yang tidak tertandingi oleh air-air biasa.”
Merujuk
pada sejumlah kajian ilmiahnya terhadap air Zamzam dengan teknik Nano,
ternyata hal itu tidak mampu untuk mengubah karateristiknya sedikit pun.
Apabila setetes air Zamzam dicampur ke dalam 1.000 tetes air biasa,
maka air tersebut akan memiliki berbagai keistimewaan air Zamzam.
Dalam
kunjungannya ke Kerajaan Arab Saudi, di sela-sela seminar ilmiah yang
diselenggarakan Akademi Darul Hikmah untuk anak-anak perempuan di
Jeddah, DR Masaro Imoto, seorang peneliti dari Jepang dan Ketua Lembaga
Hado untuk riset ilmiah di Tokyo, mengatakan telah melakukan beberapa
kali eksperimen dan penelitian terhadap air Zamzam yang didapatnya dari
seorang berkebangsaan Arab.
Secara
singkat dia menyimpulkan, bahwa air Zamzam adalah air yang diberkahi,
tidak ada duanya. Tidak satu pun jenis air yang menyerupai
butiran-butiran kristalnya. Seluruh laboratorium yang ada tidak mampu
untuk mengubah berbagai karakteristiknya.
Harian
Okaz yang terbit di Arab Saudi mengutip pernyataan Masaro Imoto, sang
pencetus teori kristalisasi molekul air yang telah dianggap sebagai
lompatan ilmu pengetahuan yang tidak tertandingi. Menurut Masaro,
basmalah yang terdapat di dalam Alquran dan biasa dibaca kaum Muslimin
sebelum memulai berbagai aktivitas mereka, ketika makan atau saat
beranjak tidur, ternyata memiliki pengaruh luar biasa terhadap
kristal-kristal air. “Air yang dibacakan basmalah menciptakan pengaruh
yang mengagumkan. Ia membentuk kristal-kristal air dalam formasi yang
sangat indah,” jelasnya.
Masaro
menambahkan, ketika ia memperdengarkan rekaman kaset berisi bacaan
Alquran kepada air, maka terbentuklah kristal-kristal air yang memiliki
desain figuratif yang sangat bening dan jernih.
Di
antara indikasi kemukjizatan sumur Zamzam yang diberkahi ini ialah
sumur ini tidak pernah sekali pun kering. Selain itu, komposisi garam
dan mineralnya tetap stabil. Tidak ada seorang pun mengeluh sakit atau
terganggu kesehatannya karena air Zamzam. Sebaliknya, airnya senantiasa
menyegarkan dan tidak pernah terkontaminasi oleh proses kimiawi apa pun
seperti yang terjadi pada air-air yang dialirkan ke kota-kota.
Pada
sumur-sumur biasa terjadi pertumbuhan organisme, baik hewan (bakteri)
maupun tumbuhan (lumut) di dalamnya, sehingga menyebabkan air tidak bisa
lagi dikonsumsi dan timbulnya berbagai masalah pada rasa dan bau.
Sementara pada sumur Zamzam, tidak ditemukan keberadaan organisme apa
pun.
Sumber: Atlas Haji & Umrah karya Sami bin Abdullah Al-Maghlouth
Langganan:
Postingan (Atom)